Dari sudut pandang biologis, manusia adalah hewan: terlahir untuk berlari, memiliki bentuk tubuh untuk mencari makanan melintasi bermil-mil tanah lapang setiap hari. Sudah tentu kita tidak melakukan hal ini lagi, kita seringnya duduk membungkuk di depan keyboard komputer atau terlibat dalam pekerjaan yang relatif sedentarik (banyak diam) lainnya atau pekerjaan fisik yang monoton.
Tetapi proses kimiawi dalam tubuh kita tatap dalam keadaan primitif, siap untuk melangkah lebar, mengendap-endap secara diam-diam, dan berlari cepat dalam hitungan sepersekian detik untuk memperdaya singa. Pasti, kita dapat mengajar diri kita sendiri secara lebih positif, dengan meningkatkan respon terhadap situasi stres, tatapi reaksi kimia primitif ini masih terjadi, hal ini adalah genetis, naluriah.
Kembali saat manusia hidup di gua-gua, dan bahkan setetlah mansia hidup di ladang, kita membakar stres agak lumayan dengan aktifitas fisik yang giat. sekarang kita cenderung menekannya dan menyimpannya, secara tidak sehat, di dalam organ kita, di dalam arteri, di dalam otot.
"Kita memiliki sangat banyak emosi yang terepresi dan tersimpan di dalam tubuh. Memori kita juga tersimpan di dalam tubuh. Saya memaksudkannya secara harfiah," kata pelopor kedokteran pikiran-tubuh Bernie Siegel, M.D. Penerapannya: stress yang direpresi (ditekan) memiliki pengaruh fisik seperti membuat tubuh anda lebih rentan terhadap penyakit, menurut Dr. Siegel.
Selain emosi dan frustasi yang terepresi itu, kita menghadapi banyak stresor modern yang tampaknya di luar kendali kita: polusi udara (baik di dalam ruangan maupun di luar), aditif makanan yang terbuat dari bahan kimia, makanan halus yang tidak mengandung enzim dan zat gizi, kebisingan kota, laju inflasi, korupsi yang terjadi di mana-mana, kemacetan lalulintas dan masih banyak lagi.
Stres -- tekanan fisik, mental, emosional dan lingkungan -- tidak selalu buruk. Tetapi stres yang terlalu sering dan terlalu banyak, yang tidak dapat tersalurkan akan mengganggu kita, menurut Margaret A. Caudlill, M.D., Ph.D., asisten guru besar klinis kedokteran di Harvard Medical School.
Stres yang baik menendang kita agar sementara berpacu, mempercepat jalannya darah ke otot, dan lain-lainnya, sehingga kita dapat menghadapi atau melarikan diri dari bahaya secara efektif, menurut Dr. Caudill. Tetapi jika kita terperangkap dalam stres yang berlebihan, kita membuat tubuh kehabisan kemampuannya untuk memperbaiki diri yang disebut dengan "stres kronis", menurut Dr. Caudill di dalam bukunya "Managing Pain Before It Manages You," menyebabkan hal berikut:
- Penurunan kekebalan terhadap penyakit
- Konstipasi dan/atau diare
- Gangguan tidur
- Kelelahan
- Mudah lupa dan rentang atensi yang pendek
- Sesak nafas
- Peningkatan atau penurunan berat badan
- Ketegangan otot
- Depresi
- Kecemasan
- Peningkatan sensasi terhadap nyeri
Kita memilih bagaimana cara tubuh berespons terhadap stresor. Kita berespons, biasanya secara otomatis dalam cara yang telah kita pelajari, apakah sehat atau tidak sehat. Respons kita menentukan bagaimana kita merasa dan berfungsi dan, sampai tingkat tertentu, bertanggung jawab untuk kesehatan kita.
Kita dapat mempelajari respons baru yang sehat yang memberikan kita lebih banyak energi dan percaya diri dan, akhirnya membuat kita leibh efektif dan banyak akal. Itulah yang kita bahas sekarang ini. Tetapi, terlebih dahulu marilah melihat betapa meresapnya stres itu dan apa yang disebabkannya pada tubuh kita.
Kami tidak berpura-pura bahwa kita memiliki ramuan ajaib yang membuat stres hilang. Tetapi kami akan menunjukkan kepada anda beberapa teknik sederhana yang dapat menangani stres secara efektif. Anda dapat menggunakannya dan merasakan manfaat segera maupun jangka panjang.
lihat juga yang lainnya:
Manajemen stres bagian-2
Menilai tingkat stres
lihat juga yang lainnya:
Manajemen stres bagian-2
Menilai tingkat stres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar