Terapi Wicara Pada Pasien Stroke

     Selama beberapa hari atau minggu setelah serangan stroke, hampir setengah dari pasien stroke mempunyai masalah berbicara, menulis atau membaca. beberapa di antara mereka mempunyai kesulitan dalam mengenali kata-kata atau memahami artinya. Masalah komunikasi lebih sering terjadi apabila bagian kanan tubuh yang terpengaruh karena pusat bahasa ada di hemisfer kiri otak. 

Jenis-Jenis Masalah Komunikasi

     Terapis wicara mengklasifikasikan masalah komunikasi dalam beberapa cara. Dalam menyatakan perasaan atau disfasia motorik, pasien dapat mengerti kata-kata yang ditulis atau diucapkan, tetapi tidak dapat menggunakan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan mereka sendiri dalam pembicaraan dan tulisan.

Area pada otak yang berhubungan dengan berbicara dan berbahasa




     Keparahannya bervariasi: beberapa pasien tidak dapat membentuk satu kata pun, yang lain dapat berbicara dengan lancar, tetapi ucapannya tidak berarti. Kadang-kadang kata yang digunakan mendekati kata yang diinginkan, tetapi pada waktu yang lain tidak tepat.

     Pada disfasia penerimaan atau sensorik, pasien mengalami kesulitan mengerti kata-kata yang diucapkan atau dituliskan, sedangkan pada disartia, suaranya menjadi pelo atau lemah karena kelumpuhan atau kelemahan otot wajah, lidah dan tenggorokan yang mengontrol bicara.

     Masalah komunikasi terutama terjadi pada orang yang mengalami stroke di bagian kanan otak, yang mempengaruhi bagian kiri tubuh. Jenis stroke ini biasanya tidak mengakibatkan masalah bahasa (kecuali pasiennya adalah orang kidal yang pusat bicaranya berada di sebelah kanan otak), tetapi kerusakan pada pusat di bagian kanan dapat mempengaruhi cara seseorang mengartikan dan berbahasa.

     Contohnya, ia mungkin kehilangan rasa humornya atau pengetahuannya tentang sopan santun sosial, seperti bergantian berbicara dan mendengarkan ketika orang lain berbicara, dan mungkin ia akan berbicara dengan nada yang datar tanpa disertai raut wajah maupun gerakan tubuh yang lain.

Rencana Perawatan

     Terapis wicara akan menilai kondisi pasien dan membuat rencana perawatan individu. Hal ini biasanya menyangkut pembelajaran pasien tentang kemampuan berbahasa yang sudah hilang, menggunakan teknik yang mirip dengan yang digunakan untuk mengajar anak-anak berbicara, membaca dan menulis. 

     Contohnya, terapis mungkin dapat menggunakan kartu pengingat untuk mengenali benda-benda yang umum, suara-suara yang diulang-ulang dan elemen-elemen suara yang lain untuk mengajari otot-otot pasien, dan membantu mengembalikan kebiasaan-kebiasaan lama.

Fakta Tentang Stroke Mengenai Kemampuan Bicara


  • Banyak orang yang mengalami kesulitan berbahasa setelah serangan stroke, dapat membaik secara dramatis dalam minggu-minggu pertama.
  • Kira-kira sepertiga dari pasien stroke mengalami kesulitan menelan pada hari-hari pertama. Terapis wicara dapat menolong karena menelan dan menghasilkan suara menggunakan otot-otot yang sama.
  • Kira-kira setengah dari pasien stroke mengalami masalah komunikasi dalam waktu dua minggu pertama. Terapis wicara akan mengklasifikasikan hal ini dengan berbagai cara.
  • Terapis wicara membuat rencana perawatan individu untuk setiap pasien menurut jenis masalah komunikasi yang dihadapi.
  • Kebingunan umum yang dihadapi oleh sepertiga pasien stroke, terutama yang sudah tua, tidak termasuk dalam masalah komunikasi, tetapi sebagian bagian dari penurunan fungsi otak secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar